Jumat, 18 November 2016

Perkembangan Seni Kriya di Nusantara

Perkembangan Seni Kriya di Nusantara


Contoh Seni Kriya Nusantara
Dalam perkembangan seni kriya di Indonesia dibagai dalam 3 kelompok fase perkembangan yaitu:
  • Seni kriya tradisional klasik (terjadi pada masa Hindhu-Budha)
  • Seni kriya tradisional rakyat (seni kriya yang berasal dari derah)
  • Seni kriya Indonesia baru (pada masa kolonial)
Itulah tiga fase perkembangan seni kriya yang ada di Indonesia untuk lebih memahami ketika kelompok fase tersebut, kita bisa mengenali dari ciri-ciri seni kriya yang ada pada masa tersebut.

1. Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)


Seni Kriya Tradisional Klasik
Pada masa ini kaidah seni dibakukan dalam sebuah pedoman seni oleh seniman atau empu pada masa itu.
Mutu seni yang bersifat estetik maupun teknik selalu dilandasi oleh pemikiran falsafah hidup serta pandangan agama Islam, Hindu dan Budha.
Salah satu contoh karya seni kriya pada masa ini adalah wayang kulit, batik, pandai perak dan emas, keris, ukiran kayu, kerajinan topeng serta wayang golek.

2. Seni Kriya Tradisional Rakyat (Daerah)

Salah satu ciri dari kebudayaan etnik menghasilkan corak kesenian tradisional mengikuti watak serta adab kehidupan dalam masyarakat serta lingkungan alam tempat masyarakat itu tinggal. Jenis serta pembuatan karya seni kriya tradisional ditentukan dari bahan serta alat yang tersedia di lingkungan tempat tinggal.
Beberapa contoh karya seni kriya tradisional rakyat adalah : Anyaman, logam, gerabah, dan topeng yang masih bertahan sampai sekarang.

3. Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)

Seni kriya pada zaman kolonial pendidikan lebih menekankan pada nilai-nilai rasional serta kehidupan jasmaniah.
Tingkat kesadaran nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi sangat lemah, baik seni kriya klasik maupun seni kriya rakyat atau derah.
Beberapa seni kriya baru dipadukan dengan seni tradisi serta bahan industri.
Komersialisasi yang melanda para seniman atau kriyawan, sehingga mereka tidak mewariskan keahlian yang dimiliki.

Jenis dan Contoh Seni Kriya



Jenis karya seni kriya sangat banyak sekali dan mudah untuk kita temukan di berbagai daerah di Nusantara. Berikut ini adalah beberapa jenis serta contoh seni kriya yang ada di Nusantara.

Seni Kriya Dua Dimensi


Seni kriya dua dimensi adalah seni kriya yang dibuat pada media yang mempunyai panjang serta lebar saja. Pada karya seni ini biasanya berupa sulaman, mozaik, bordir, batik, rilief, tenun serta hiasan dinding. Ada banyak sekali bahan yang bisa digunakan sebagai media membuat seni kriya 2 dimensi seperti kertas, kulit, kayu dan lain sebagainya.
Saat ini seni dua dimensi sudah sangat berkembang. Ada yang menggunakan teknik sederhana dan juga teknik modern. Media yang digunakan juga tidak terbatas pada media umum saja tetapi juga media-media lain yang jarang digunakan untuk seni seperti tubuh manusia dll.

Seni Kriya Tiga Dimensi


Seni kriya tiga dimensi adalah seni kriya untuk membuat suatu kerajinan tangan dengan hasil produk mempunyai panjang, lebar, tinggi atau suatu karya seni yang memiliki volume dan menempati suatu ruangan. Berikut ini adalah beberapa contoh seni kriya tiga dimensi.

1. Karya Seni Kriya dari Bahan Keramik

Keramik bisanya dibuat dari bahan dasar tanah liat. Di Indonesia sendiri kerajinan keramik sudah ada sejak zaman dahulu dan sampai sekarang karya seni kriya dari bahan keramik masih tetap bertahan ditengah gempuran teknologi. Kerajinan yang terbuat dari bahan keramik misalnya gucci, vas bunga, peralatan rumah tangga, kendi, teko dan lain sebagainya.

2. Karya Seni Kriya dari Bahan Logam

Karya seni kriya logam adalah kerajinan yang bahan dasar pembuatannya berasal dari logam, seperti perak, emas, perunggu, besi aluminium, serta kuningan.
Produk-produk yang dihasilkan dari seni kriya bahan logam seperti perhiasan emas, patung perunggu, senjata tajam, dan juga peralatan rumah tangga serta alat musik gamelan. Sekarang ini kerajinan logam dibuat dalam berbagai variasi dan bentuk.

3. Karya Seni Kriya dari Bahan Kulit

Kerajinan kriya dari bahan kulit sangat beragam bentuk serta jenisnya. Biasanya bahan kulit digunakan untuk membuat kerajinan berupa tas, wayang kulit, jaket, sepatu serta alat musik rebana.

4. Karya Seni Kriya dari Bahan Kayu

Dari bahan kayu tercipta berbagai jenis kerajinan seperti wayang golek, topeng patung, funiture, dan juga hiasan ukir-ukiran.

5. Karya Seni Kriya Anyaman

kerajinan kriya anyaman biasanya menggunakan bahan dasar berupa bambu, tali plastik, daun mendong. Bahan-bahan tersebut dibuat berbagai kerajinan tangan yang memiliki keindahan sertai seni yang tinggi dan juga memiliki nilai jual.
Saat ini sudah mulai susah menemukan kriya anyaman. Di era modern semua kerajinan anyaman banyak digantikan dengan barang yang lebih modern. Contoh kerajinan anyaman adalah topi, tikar, tutup nasi, gantungan pot tanaman, dan masih banyak lagi yang lainnya


Kamis, 17 November 2016

Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya


Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya

Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.\

1.  Teknik cor (cetak tuang)

Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:

· Teknik Tuang Berulang (Bivalve)

Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua danvalve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.

· Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)

Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.

Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.

2. Teknik Ukir


Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.

Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.

Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:


a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.

3. Teknik membatik


 Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.

Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:

a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
e. Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain sebagai berikut:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
e. Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.




4. Teknik Anyam
   Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi danlain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.

5. Teknik Tenun
                                       
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain

6. Teknik membentuk

Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.

d. Teknik putar

Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e. Teknik cetak

Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll